W. Hartatik dan D. Setyorini
Rekomendasi pemupukan N, P dan K pada padi sawah yang dikombinasikan dengan penggunaan jerami atau pupuk kandang (pukan) sapi yang tertuang dalam Permentan No. 40. 2007, perlu divalidasi. Dalam rekomendasi tersebut diasumsikan bahwa pemberian jerami 5 t/ha dapat mensubtitusi pupuk Urea sebesar 20 kg/ha dan 50 kg KCl/ha sedangkan pukan sapi 2 ton/ha dapat mensubtitusi pupuk Urea 25 kg/ha, SP-36 25 kg/ha dan 20 kg KCl/ha. Berdasarkan hal diatas maka dirancang penelitian yang bertujuan untuk menguji asumsi tersebut dibandingkan takaran rekomendasi pemupukan NPK spesifik lokasi. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok dengan tiga (3) ulangan. Sebagai perlakuan adalah pupuk NPK takaran rekomendasi spesifik lokasi (Permentan No.40.2007) dan takaran rekomendasi dengan adanya pemberian jerami dan pukan sapi, takaran rekomendasi setempat, dan kontrol serta mempelajari takaran dengan proporsi terbaik antara perlakuan kombinasi pupuk anorganik (NPK) dan pupuk organik (pukan sapi) dengan perhitungan berdasarkan persentasi dari takaran pemupukan NPK spesifik lokasi dan takaran pukan sapi 2 t/ha. Lokasi penelitian KP. Taman Bogo, Lampung. Ukuran petak 4 m x 5 m. Tanaman indikator padi varietas 64 dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Parameter sifat kimia tanah yang diamati yaitu pH, C-organik, N-total, basa dapat ditukar, kapasitas tukar kation, kejenuhan basa dan P tersedia. Parameter agronomis yaitu tinggi tanaman, jumlah anakan dan bobot jerami dan gabah kering. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemupukan NPK takaran rekomendasi spesifik lokasi tidak berbeda nyata dengan pemupukan NPK takaran rekomendasi yang dikombinasikan dengan jerami 5 t/ha dan pupuk kandang sapi 2 t/ha. Perlakuan NPK takaran rekomendasi + 5 t jerami/ha meningkatkan bobot gabah kering secara nyata yaitu sebesar 4,14 t/ha, terjadi peningkatan bobot gabah kering sebesar 73% dibandingkan kontrol. Penggantian sebagian pupuk NPK dengan pukan sapi takaran 2 t/ha dalam proporsi 50 sampai 80% memberikan bobot gabah kering yang lebih rendah.Sifat kimia tanah umumnya tidak berbeda nyata antar perlakuan. Untuk mendapatkan hasil validasi yang mantap, perlu dilakukan validasi di beberapa lokasi yang berbeda.
Makalah diterbitkan pada Prosiding Seminar Nasional dan Dialog Sumberdaya Lahan Pertanian. Buku II: Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Lahan. Bogor, 18-20 November 2008. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian
0 komentar:
Posting Komentar